65
DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN RAMBUTAN RAPIAH (Nephelium lappaceum L.)
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEMULAWAK
LEAFEXTRACTINHIBITION OF RAMBUTAN RAPIAH (Nephelium lappaceum L.)
ON THE GROWTH OF TEMULAWAK
A.A. Istri Mirah Dharmadewi1, Ni Putu Adriani Astiti 1, Luh Putu Wrasi ati2
1Program Studi Magister Ilmu Biologi, ProgramPascasarjana Universitas Udayana, Bali
2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana,Bali
Email: mirahdharmadewi@gmail.com
INTISARI
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat
yang termasuk kedalam family Sapindaceae. Rambutan mengandung senyawa alelopati yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman yang tumbuh disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak
daun rambutan rapiah terhadap pertumbuhan temulawak serta mengetahui kemampuan tanaman temulawak untuk
bertahan terhadap pemberian ekstrak daun rambutan.Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang
daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah tunas dan berat rimpang yang diamati pada akhir pengamatan. Pemberian
ekstrak daun rambutan dengan konsentrasi 5%,10%,15%, 20% mengakibatkan tinggi tanaman, panjang daun, lebar
daun, jumlah daun dan berat rimpang lebih rendah jika dibandingkan dengan kontrol.
Kata kunci : rambutan rapiah, ekstrak daun rambutan, temulawak.
ABSTRACT
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.) is a plant species belongs the family of Sapindaceae. This plant
produces secondary chemical compounds that inhibitthe growth of other plants. This study was aimed to determine
the inhabitation effect oframbutan rapiah leaf extract on the growth of temulawak, and to determine the ability of
plants to with stand the allopathic effect of rambutan plant. Parameters observed were plant height, leaf length,
leaf width, the number of leaves,number of shoots and rhizome weight. Aplication of rambutan leaf extract at
the concentration of5%, 10%, 15%, 20% decreased plant height, leaf length, number of leaves and rhizome weight
which was lower than the control.
Keywords: rambutan rapiah, rambutan leaf extract , temulawak.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil
komoditi obat-obatan yang potensial. Beraneka ragam
jenis tanaman obat-obatan telah diproduksi, yang
biasanya digunakan sebagai bahan dasar atau bahan
baku pembuatan obat modern ataupun tradisional. Salah
satu jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia,
yaitu rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.) yang
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit
yaitu salah satunya Diabetes mellitus (Savitri, 2006).
Seluruh bagian tanaman bisa digunakan sebagai obat.
Disamping kelebihannya, rambutan diduga menghasilkan
suatu metabolit sekunder bersifat alelopati (Taiz dan
Zeiger, 1991). Senyawa ini diketahui berifat toksik baik
terhadap serangga walaupun beberapa serangga dapat
mengkonsumsinya karena mampu mendetoksifikasi
senyawa yang dikandung.
Rambutan rapiah (Nephelium lappaceum L.)
mengandung senyawa alelopati yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman yang tumbuh disekitarnya
sehingga hanya tanaman tertentu saja yang dapat
tumbuh di sekitar lahan rambutan (Savitri, 2006).
Untuk meningkatkan produksi dan kontinyuitas produk
perkebunan perlu dilakukan usaha penanaman tanaman
rambutan dalam skala besar. Hal ini tentu membutuhkan
lahan yang luas karena jarak tanam antara rambutan
umumnya sekitar 12x12 meter untuk pertumbuhan
tanaman yang optimal. Menurut Warsana (2009), salah
satu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan
yang ditanami yaitu dengan sistem tumpang sari atau
penanaman tanaman sela disekitar tanaman rambutan.
Tanaman yang digunakan sebagai tanaman tumpang
sari yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Tanaman
ini dipilih karena dapat ditanam dalam pola tanam
monokultur maupun tumpang sari/ganda, baik dengan
tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Selain
itu penanaman anggota temu-temuan ini selain sebagai
tanaman sela juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman
obat (TOGA). Peluang pengembangan temu-temuan
diantara pohon rambutan cukup besar, karena intensitas
naungan yang dapat ditolerir komoditas temu-temuan
dapat mencapai 40% (Pribadi et al., 2000).
JURNAL BIOLOGI 18 (2) : 65 - 68 ISSN : 1410-5292
JURNAL BIOLOGI Volume 18 No.2 DESEMBER 2014
66
MATERI DAN METODE
Tahap Preparasi Sampel
Sampel daun rambutan dikumpulkan, kemudian dicuci
dan dikeringanginkan selama 2 hari. Daun yang sudah
kering angin diblender hingga diperoleh serbuk. Serbuk
daun rambutan lalu dibungkus dan disimpan di tempat
kering.
Pembuatan Ekstrak
Daun rambutan diekstrak dengan menggunakan
metode ekstraksi dari Oyun (2006). Bubuk daun
rambutan dimaserasi sebanyak 5 gram dengan 100 mL
metanol 95% selama satu hari, lalu disaring. Ampasnya
dimaserasi kembali dengan 2 kali pengulangan masingmasing
menggunakan 100 mL metanol 95%. Maserat
yang diperoleh melalui penyaringan ditampung dan
diuapkan dengan vaccum rotary evaporator untuk
mendapatkan ekstrak kental. Setelah didapatkan
ekstrak kental (crude extract), kemudian ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitis sesuai dengan
konsentrasi yang digunakan.
Penyiapan Bibit Temulawak
Bibit rimpang temulawak disemai sampai muncul
calon rimpang di peti kayu, rimpang yang baru dipanen
dari kebun dijemur sementara (tidak sampai kering),
kemudian disimpan. Dipilih rimpang yang memiliki
3-5 mata tunas (berat rimpang seragam), dikemas dan
dicelupkan kedalam larutan fungisida selama 1 menit
kemudian dikeringkan dan dimasukan kedalam peti
kayu yang berukuran 40x40. Setelah 2-4 minggu bibit
rimpang siap disemai (Nugroho, 1988).
Pemberian Perlakuan
Setelah semua polibag berisi bibit rimpang temulawak,
kemudian tiap-tiap perlakuan diberi ekstrak daun
rambutan sesuai dengan konsentrasi yang telah
ditentukan yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Ekstrak
diberikan kurang lebih 75ml, setiap 3 hari sekali selama
12 minggu, kemudian dilakukan penyiraman dengan
aquades setiap harinya.
Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi tanaman temulawak dilakukan
2 hari setelah perlakuan awal diberikan dan selanjutnya
dilakukan setiap 1 minggu sekali selama 12 minggu.
Pengamatan meliputi tinggi tanaman, panjang daun,
lebar daun, jumlah daun, jumlah tunas dan berat umbi.
HASIL
Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan
rapiah terhadap morfologi tanaman temulawak
Pemberian ekstrak daun rambutan memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap seluruh variabel
tanaman temulawak (P<0,01) kecuali jumlah tunas
temulawak (P>0,01).
Tabel 1. Signifikansi Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Rambutan Rapiah
Terhadap Parameter yang Diamati
Pameter yang diamati
Temulawak bulan ke-
1 2 3
Tinggi tanaman ** ** **
Panjang daun ** ** **
Lebar daun ** ** **
Jumlah daun ** ** **
Jumlah tunas - - *
Berat rimpang - - *
Ket : tn = tidak memberikan pengaruh yang nyata
** = memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01)
Hasil uji Anova menunjukan bahwa ekstrak daun
rambutan memberikan pengaruh yang sangat nyata
(P< 0,01) terhadap pertumbuhan tanaman temulawak,
sehingga dapat dilanjutkan ke uji Duncan untuk melihat
perbedaan antar perlakuan, dan dapat dinotasikan pada
Gambar 1 :
a.Tinggi Tanaman
Pemberian ekstrak daun rambutan rapiah memberikan
pengaruh terhadap tinggi tanaman temulawak. Pada
akhir pengamatan diperoleh hasil tanaman temulawak
tertinggi pada kontrol dengan tinggi 110,5 cm dan
terendah pada konsentrasi 20% dengan tinggi 61 cm.
Gambar 1. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
tinggi tanaman temulawak.
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata.
Hasil ANOVA menunjukan bahwa ekstrak daun
rambutan rapiah memberikan pengaruh terhadap tinggi
tanaman temulawak (P< 0,01) Hambatan tertinggi yaitu
pada konsentrasi 20% dibandingkan dengan kontrol.
b. Panjang Daun
Pemberian ekstrak daun rambutan rapiah memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang daun
temulawak ( P<0,01). Panjang daun tertinggi terdapat
pada konsentrasi 0% dengan panjang 57,5 cm dan
terendah pada konsentrasi 15% dengan panjang 29,8 cm.
c. Lebar Daun
Ekstrak daun rambutan rapiah pada konnsentrasi 0%,
5%, 10%, 15% dan 20% memberikan pengaruh yang nyata
terhadap lebar daun tanaman temulawak, dimana dapat
dilihat adanya perbedaan yang nyata antara kontrol dan
67
pemberian perlakuan.
Hasil uji Anova menunjukan ekstrak memberikan
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap lebar
daun dengan lebar daun terpanjang pada kontrol 11,5
cm dan terendah pada konsentrasi 15% yaitu 6,8 cm.
d. Jumlah Daun
Pemberian ekstrak daun rambutan pada konsentrasi
5%, 10%, 15% dan 20% terlihat adanya perbedaan jumlah
daun temulawak jika dibandingkan dengan kontrol (0%).
Gambar 4. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
jumlah daun temulawak
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata
Hasil uji Anova menunjukan ekstrak daun rambutan
rapiah memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun (P<0,01) sehingga dapat dilanjutkan ke
uji Duncan dengan jumlah daun terbanyak pada kontrol
yaitu 7 buah dan paling sedikit pada konsentrasi 5%
dengan jumlah 4 buah.
e. Jumlah Tunas
Ekstrak daun rambutan rapiah tidak terlihat adanya
perbedaan yang nyata antara kontrol dan pemberian
perlakuan.
Gambar 5. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
jumlah tunas tanaman temulawak
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata.
Hasil uji Anova menunjukan bahwa jumlah tunas
pada akhir pengamatan memberikan pengaruh yang
nyata (P<0,05) terhadap masing-masing konsentrasi
yang diberikan dengan jumlah tunas tertinggi pada
konsentrasi 10% dengan jumlah 9 buah dan terendah
pada konsentrasi 20% sebanyak 7 buah.
f. Berat Rimpang
Pengaruh ekstrak daun rambutan terhadap berat
rimpang temulawak setelah diberi perlakuan ekstrak
0%, 5%, 10%, 15%, 20% diperoleh berat rimpang tertinggi
pada kontrol dengan berat 98,5 gram dan terendah pada
konsentrasi 15% dengan berat 63,5 gram.
Gambar 6. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
berat rimpang tanaman temulawak.
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata.
Hasil uji Anova menunjukan ekstrak daun rambutan
rapiah memberikan pengaruh yang nyata antara kontrol
dan pemberian perlakuan (P<0,05), sehingga dilanjutkan
dengan uji Duncan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan statistik anova menunjukan
pemberian ekstrak daun rambutan memberikan pengaruh
terhadap semua variabel yang diamati, diantaranya tinggi
tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah
tunas dan berat umbi.
Gambar 2. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
panjang daun temulawak..
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata.
Gambar 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun rambutan rapiah terhadap
lebar daun temulawak.
Keterangan : Untuk bar yang warnanya sama, huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata.
Daya Hambat Ekstrak Daun Rambutan Rapiah (Nephelium lappaceum L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Temulawak [A.A. Istri Mirah Dharmadewi, dkk.]
JURNAL BIOLOGI Volume 18 No.2 DESEMBER 2014
68
Ekstrak memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada akhir pengamatan. Secara
teori, pertumbuhan tinggi tanaman disebabkan adanya
proses pembelahan sel, yang dipengaruhi oleh aktivitas
hormon seperti, dipengaruhi oleh adanya hormon
auksin, giberelin dan sitokinin. Hal tersebut didukung
oleh pendapat Einhellig (1995), bahwa pengaruh
senyawa alelokimia yang terdapat pada ekstrak daun
rambutan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
organisme sasaran melalui serangkaian proses yang
cukup kompleks. Proses tersebut diawali di membran
sel dengan terjadinya kerusakan struktur, modifikasi
saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATPase.
Hambatan berikutnya terjadi dalam proses sintesis
protein, pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas
beberapa fitohormon salah satunya yaitu hormon auksin
Pada panjang daun ekstrak daun rambutan
memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini dapat
dilihat dari penurunan panjang daun antara kontrol
dan pemberian perlakuan.Hal ini disebabkan karena
dengan pemberian ekstrak daun rambutan mengganggu
aktivitas hormon auksin dan giberelin penghambatan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga
panjang daun mengalami penurunan.
Pada lebar daun menunjukan bahwa pemberian
ekstrak daun rambutan memberikan pengaruh terhadap
lebar daun temulawak. Hal ini disebabkan adanya
senyawa tanin yang terdapat pada tanaman rambutan
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada
konsentrasi 15%, justru lebih lebar dibandingkan
dengan konsentrasi 20%. Ekstrak daun rambutan
dapat merangsang pertumbuhan tanaman apabila
diberikan pada konsentrasi yang tepat (optimal) dan
dapat menghambat pertumbuhan apabila diberikan pada
konsentrasi yang lebih tinggi. Tanin mempunyai bahan
aktif senyawa fenol, dimana senyawa fenol dalam bahan
aktif memacu pertumbuhan apabila pada konsentrasi
yang tepat dan menghambat apabila pada konsentrasi
yang berlebih (Ratnawati, 1988).
Pada jumlah tunas,memberikan pengaruh yang nyata
terhadap pertumbuhan temulawak (P<0,05). Hal ini
disebabkan karena karbohidrat yang tersimpan pada
rimpang tanaman temulawak tidak mampu bertahan
terhadap ekstrak daun rambutan. Selain itu faktor
eksternal seperti temperature juga mempengaruhi
pertumbuhan tunas, dimana temperatur yang terlalu
tinggi menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Ekstrak daun rambutan rapiah memberikan pengaruh
terhadap berat rimpang temulawak. Hal ini disebabkan
karena hormon dan cadangan makanan yang tersimpan
dalam rimpang temulawak tidak mampu bertahan dari
pemberian ekstrak daun rambutan rapiah. Menurut
Sutopo (2006), semakin besar ukuran rimpang maka
kandungan protein semakin banyak. Besar bibit rimpang
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan
produksi, karena besarnya bibit menentukan besarnya
calon rimpang pada saat permulaan dan berat tanaman
saat dipanen
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun rambutan
memberikan pengaruh secara nyata (P<0,01) terhadap
semua variabel pertumbuhan yang diamati seperti : tinggi
tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah
tunas dan berat rimpang yaitu mendapatkan ukuran
lebih pendek pada tinggi tanaman, panjang daun, lebar
daun, jumlah daun, jumlah tunas dan berat rimpang
jika dibandingkan dengan kontrol.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
ekstrak daun rambutan konsentrasi yang lebih tinggi
serta digunakan daun rambutan yang telah gugur untuk
memastikan efek senyawa alelopati dari daun rambutan.
Selain itu dicoba menggunakan tanaman tumpang sari
dengan jenis rimpang yang berbeda.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis berterimakasih kepada Dr. Dra. Ni Putu
Adriani Astiti, M.Si, Dr. Ir. Luh Putu Wrasiati, MP,
Dra. I.G.A Sugi Wahyuni, M.Si, Ir Made Ria Defiani,
M.Sc (Hons), Dra. Ni Made Puspawati, M.Pill., Ph.D
atas segala saran dan masukan yang telah diberikan
dalam penulisa naskah ini
DAFTAR PUSTAKA
Einhelig, F.A. 1996. Interactions involving allelopathy in cropping
system. Agron J. 88:886-893. Fagliano, V. 1999. Method for
measuring antioxsidant activity and its application to monitoring
the antioxsidant capacity of wine. Jurnal Agricultur.
Food Chem. 4:1035-1040.
Nugroho, Nurfina A. 1998. Manfaat dan prospek pengembangan
kunyit. Ungaran, Trubus Agriwidya. 86 hal.
Oyun, M. B. 2006. Allelopathic potentialities of Gliricidia sepium
and Acacia auriculiformis on the germination ang seedling
vigour of maize (Zea mays L.). American Journal of Agricultural
and Biological Science. 1(3): 44-47.
Pribadi, E.R., M. Januwati dan M. Yusron. 2000. Potensi tanaman
obat sebagai tanaman sela di bawah tegakan hutan rakyat.
Prosiding Simposium Nasional dan Kongres VII PERAGI,
Bogor, 21-23 Maret 200. pp. 336-344.
Savitri.2006. Diabetes Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan
Mendeteksinya Sejak Dini. Jakarta: BIP
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Taiz, L. dan Zeiger, E. 1991. Plant Physiology Third Edition. Sinauer
Associates incPublishers. Sunderland, Massachusetts.
Warsana. 2009. Introduksi teknologi tumpangsari jagung dan
kacang tanah. BPTP.Jawa Tengah
Wednesday, December 16, 2015
Jurnal Biologi
3:53 AM
No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment