Wednesday, December 16, 2015

jurnal biologi

20
MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH
PEMBERIAN EKSTRAK TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
EFFECT OF TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) EXTRACT TREATMENT
ON VIABILITY AND MOTILITY OF MICE (Mus musculus L.) SPERMATOZOA
ELFIRA DZIKRI ASHFAHANI1, NGURAH INTAN WIRATMINI2, A.A.S.A SUKMANINGSIH2
1 Alumni Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana
2 Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe.) terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.). Pemberian ekstrak temu putih
diberikan secara oral setiap hari dengan menggunakan spait selama 35 hari. Terdapat 4 kelompok perlakuan
yaitu kelompok kontrol diberi 0 mg ekstrak/kg bb (Mo), kelompok perlakuan I diberi 100 mg ekstrak/kg bb (M1),
kelompok perlakuan II diberi 200 mg ekstrak/kg bb (M2) dan kelompok perlakuan III diberi 300 mg ekstrak/kg
bb (M3), masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak temu putih selama 35 hari dapat menurunkan motilitas dan viabilitas pada spermatozoa bila dibandingkan
dengan kontrol.
Kata kunci : Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.), mencit (Mus musculus L.), viabilitas, motilitas,
spermatozoa.
ABSTRACT
This research was aimed to study the effect of temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) extract treatment on
viability and motility of mice (Mus musculus L.) spermatozoa. The extract was given orally once a day in 35 days.
The animals were divided into four groups; one control group and three treatment groups with six replicates. (M0
= control group; M1 = group was given 100 mg/Kg body weight/day; M2 = group was given 200 mg/Kg body
weight/day; M3 = group was given 300 mg/Kg body weight/day). The result of the study showed that motility
and viability of spermatozoa were decreased significantly (p< 0.05) after receiving temu putih (C. zedoaria (Berg.)
Roscoe.) extract for 35 days.
Keywords : Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.), mice (Mus musculus L.), viability, mortility, spermatozoa
Naskah ini diterima tanggal 9 Maret 2010 disetujui tanggal 31Mei 2010
PENDAHULUAN
Berbagai metode sedang dikembangkan untuk
menurunkan fertilitas pria dengan penggunaan senyawa
yang bersifat antifertilitas, baik yang dapat menurunkan
jumlah spermatozoa maupun yang berhubungan dengan
pengaturan hormon (Bartke et al., 1987 dalam Ermayanti
et al., 2005). Bahan yang digunakan untuk pengaturan
fertilitas pria harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu: dapat menurunkan jumlah spermatozoa dalam
jangka waktu tertentu, menurunkan kualitas spermatozoa
dan daya fertilitasnya, tidak ada efek samping terhadap
perilaku seksual dan dapat pulih kembali dalam jangka
waktu relatif singkat (Donaldson, 1984; Arsyad, 1986
dalam Purwaningsih, 2003).
Penelitian penggunaan bahan alam sebagai bahan
pengobatan telah banyak dilakukan. Penelitian
menggunakan rimpang temu putih (Curcuma zedoaria
(Berg.) Roscoe.) diketahui dapat menghambat
pertumbuhan tumor paru pada mencit (Murwati dan
Meiyanto, 2004). Rimpang temu putih (C. zedoaria
(Berg.) Roscoe.) mengandung 1-2,5% minyak menguap
dengan komposisi utama adalah sesquiterpen. Minyak
menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen
seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan
komponen terbesar, flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung,
sedikit lemak (Na, 2006) dan senyawa yang berkhasiat
obat, yaitu kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin
(Majeed et al., 1995; Tonnesen et al., 1996 dalam
Handajani, 2003). Menurut Nri (2004) rimpang temu
putih mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.
Senyawa lain juga ditemukan pada rimpang temu
putih seperti : tanin, glikosida, triterpenoid dan alkaloid
(Anonim, 2007)
Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu
JURNAL BIOLOGI XIV (1) : 20 - 23 ISSN : 1410 5292
21
motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga
kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak
motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya
(normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada
kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau jumlah
spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa
(Arsyad dan Hayati, 1994).
Senyawa flavonoid yang memiliki aktifitas, seperti
estrogen, diduga dapat menekan fungsi hipofisis anterior
untuk mensekresikan FSH dan LH (Middleton et
al., 2000 dalam Suartha, 2005). Penurunan jumlah
mitosis sel-sel spermatogenik dan penurunan jumlah
lapisan sel spermatogenik pada tubulus seminiferus
testis terjadi setelah pemberian ekstrak rimpang temu
putih secara terus-menerus selama 33 hari (Handajani,
2003), walaupun demikian pada semua dosis masih
dapat dihasilkan spermatozoa. Karena itu masih perlu
diadakan penelitian terhadap viabilitas dan motilitas
spermatozoa yang dihasilkan.
MATERI DAN METODE
Sampel dalam penelitian ini adalah mencit jantan
fertil, strain Balb-C, berat 25 ± 3 gram. Sampel dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol (M0)
dan 3 kelompok perlakuan (M1, M2 dan M3). Tiap-tiap
kelompok terdiri dari 6 ekor mencit sebagai ulangan.
Mencit dipelihara dalam kandang, diberi makan dan
minum secara ad libitum. Kelompok kontrol (M0) diberi 0
mg ekstrak/kg bb, kelompok perlakuan I (M1) diberi 100
mg ekstrak/kg bb, kelompok perlakuan II (M2) diberi
200 mg ekstrak/kg bb dan kelompok perlakuan III (M3)
diberi 300 mg ekstrak/kg bb. Pemberian dilakukan pada
siang hari setiap hari, sekali sehari selama 35 hari secara
oral menggunakan sonde (yang berujung tumpul)
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini dianalisa secara statistika dengan analysis
of variance (ANOVA) satu faktor perlakuan dengan
6 pengulangan yang dilanjutkan dengan metode Uji
Duncan taraf 5% menggunakan software SPSS Release
for Window versi 15.
Pembuatan ekstrak temu putih dilakukan dengan
metode Harbon (1987). Rimpang temu putih sebanyak
1 kg diperoleh dari pasar dibersihkan, kemudian diiris
tipis dan dikeringanginkan. Rimpang yang
sudah kering kemudian diblender sampai
berbentuk serbuk. Serbuk yang dihasilkan
dimaserasi dengan metanol selama 72 jam,
lalu disaring dengan kertas Whatman. Cairan
yang didapat kemudian dievaporasi dengan
Rotary Vacum Evaporator dengan suhu 40oC
sampai didapatkan hasil akhir berupa ekstrak
kasar (crude extract). Ekstrak temu putih yang
diperoleh pada masing-masing dosis (100
mg, 200 mg dan 300 mg) dilarutkan terlebih
dahulu ke dalam 2 ml aquades sebelum
diberikan pada hewan uji.
Variabel yang diukur yaitu kualitas spermatozoa,
meliputi motilitas spermatozoa dan viabilitas spermatozoa
yang diambil dari bagian kauda epididimis. Pengamatan
motilitas dan viabilitas spermatozoa dilakukan di bawah
mikroskop cahaya. Kauda epididimis yang diperoleh
pada hewan perlakuan diletakkan dalam cawan petri
yang telah berisi 2 ml NaCl 0,9%, pengerjaan selanjutnya
mengikuti prosedur pemeriksaan WHO (Arsyad dan
Hayati, 1994).
HASIL
Motilitas Spermatozoa
Pemberian ekstrak temu putih berpengaruh nyata
terhadap motilitas kategori a (spermatozoa bergerak
sangat cepat), b (spermatozoa bergerak kurang cepat/
lambat, maju lurus ke depan), c (spermatozoa gerak
di tempat) dan kategori d (spermatozoa diam/tidak
bergerak) pada P < 0,05. Hal ini dapat dilihat pada
perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan (Tabel 1). Berdasarkan Uji Duncan dengan
Post Hoc Test terdapat perbedaan yang bermakna antara
M0, M1, M2 dan M3 untuk motilitas spermatozoa kategori
a, begitu juga untuk kategori d terdapat perbedaan yang
bermakna antara M0, M1, M2 dan M3, sedangkan untuk
kategori b tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara M0 dan M1, begitu juga untuk kategori c tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara M2 dan
M3 . Selisih nilai rata-rata dari persentase motilitas
spermatozoa kategori a, kategori b, kategori c dan
kategori d dapat dilihat pada histogram (Gambar 1).
Viabilitas Spermatozoa
Pemberian ekstrak temu putih berpengaruh nyata
terhadap viabilitas spermatozoa kategori hidup dan mati
pada P < 0,05. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
(Tabel 1). Berdasarkan Uji Duncan dengan Post Hoc Test
terdapat perbedaan yang bermakna antara M0, M1, M2
dan M3 untuk kategori hidup, sedangkan untuk kategori
mati tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
M2 dan M3.
Pada histogram (Gambar 2) terlihat selisih nilai
rata-rata dari persentase viabilitas spermatozoa kategori
Tabel 1. Rataan motilitas dan viabilitas spermatozoa pada kauda epididimis mencit
(Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah pemberian
ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.) selama 35 hari.
No Variabel
Perlakuan
M0 M1 M2 M3
1 Mo litas
Spermatozoa
(%)
Kategori a 47,42 ± 2,35a 31,67 ± 2,82b 25,00 ± 1,58C 18,92 ± 1,36d
Kategori b 22,25 ± 1,78a 23,25 ± 2,64a 20,25 ± 1,69bc 18,67 ± 2,18c
Kategori c 19,33 ± 1,03a 27,42 ± 1,59b 33,83 ± 1,63c 33,25 ± 2,68c
Kategori d 11,00 ± 0,89a 17,67 ± 1,78b 20,92 ± 2,18c 29,19 ± 2,14d
2 Viabilitas
Spermatozoa
(%)
Hidup 66,50 ± 3,63a 58,25 ± 3,17b 47,83 ± 0,43c 43,17 ± 0,37d
Ma 33,50 ± 3,63a 41,75 ± 3,17b 52,18 ± 4,23c 56,67 ± 3,87c
Keterangan : Angka yang diiku huruf yang sama pada baris yang sama menyatakan dak ada pengaruh yang
nyata akibat perlakuan pada p<0,05 berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil.
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih [Elfira Dzikri Ashfahani,dkk]
JURNAL BIOLOGI VOLUME XIV NO.1 JUNI 2010
22
kadar estrogen akan memberikan umpan balik negatif
ke hipofisis anterior, yaitu tidak melepaskan FSH dan
LH. Penurunan kadar LH menyebabkan gangguan
terhadap sekresi testosteron oleh sel Leydig. Disamping
berperan dalam spermatogenesis, hormon testosteron
juga berperan dalam maturasi spermatozoa di epididimis
(Robaire dan Hermo, 1988). Dengan adanya gangguan
terhadap sekresi testosteron maka kualitas spermatozoa
seperti motilitas spermatozoa menjadi terganggu.
Selain itu penurunan motilitas spermatozoa
kemungkinan disebabkan oleh senyawa alkaloid yang
diduga dapat mengganggu aktifitas enzim ATP-ase
pada membran sel spermatozoa dibagian tengah ekor
(Kong et al., 1985 dalam Nisa, 2004). Enzim ATP-ase
tersebut berfungsi mempertahankan homeostasis internal
untuk ion natrium dan kalium. Jika aktivitas enzim
ATP-ase terganggu, maka homeostasis ion natrium
dan kalium akan terganggu sehingga konsentrasi Na+
intrasel meningkat, gradien Na+ melintasi membran
sel akan menurun sehingga pengeluaran Ca2+ juga
akan mengalami penurunan (Ganong, 2001). Apabila
ion Ca2+ berkurang maka membran akan kehilangan
kemampuannya untuk mengangkut bahan-bahan terlarut
ke dalam sitoplasma (Salisbury dan Ross, 1995 dalam
Haryati, 2003). Dengan terganggunya permeabilitas
membran sperma akan menyebabkan terganggunya
transpor nutrien yang diperlukan oleh spermatozoa
untuk pergerakannya.
Terjadinya penurunan jumlah spermatozoa yang
hidup, juga disebabkan oleh terganggunya sekresi hormon
testosteron oleh sel leydig setelah pemberian ekstrak
temu putih. Stanier dan Forsling (1990) mengatakan
bahwa hormon testosteron berperan dalam menjaga
kelangsungan hidup spermatozoa di dalam epididimis.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashok dan Meenakshi
(2004) terhadap tikus putih yang diberi ekstrak kunyit
(Curcuma longa L.), kandungan flavonoid pada kunyit
dapat menyebabkan terganggunya sekresi hormon
testosteron. Sehingga dengan adanya penurunan sekresi
hormon testosteron akan mengakibatkan kelangsungan
hidup spermatozoa di dalam epididimis mengalami
penurunan. Terganggunya permeabilitas membran
sperma oleh senyawa alkaloid yang terkandung pada
rimpang temu putih juga dapat menyebabkan penurunan
spermatozoa yang hidup, yang berakibat mengganggu
transpor nutrien yang diperlukan spermatozoa untuk
daya tahan hidupnya.
SIMPULAN
Flavonoid yang terdapat dalam ekstrak temu putih
dapat menurunkan motilitas dan viabilitas spermatozoa
mencit dibandingkan dengan kontrol. Penurunan
motilitas dan viabilitas spermatozoa tergantung pada
dosis yang diberikan. Semakin tinggi dosis ekstrak temu
putih, motilitas dan viabilitas spermatozoa semakin
turun.
hidup dan untuk kategori mati. Viabilitas spermatozoa
mencit setelah diberi ekstrak temu putih dengan dosis
100 mg ekstrak/kg bb mengalami penurunan dan
semakin menurun pada dosis 200 dan 300 mg ekstrak/
kg bb.
PEMBAHASAN
Pemberian ekstrak temu putih selama 35 hari dapat
menyebabkan terjadinya penurunan motilitas dan
viabilitas spermatozoa mencit. Epididimis berperan
dalam proses maturasi spermatozoa. Di epididimis,
spermatozoa mendapat tambahan produk sekretori
seperti karnitin, gliserylphosphorylcholin dan juga
memodifikasi struktur glikoprotein pada permukaan
spermatozoa (Johnson dan Everitt, 1988). Penelitian
yang dilakukan oleh Ashok dan Meenakshi (2004)
mengenai pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa L.)
terhadap tikus putih menunjukkan terjadinya penurunan
berat epididimis. Penurunan berat epididimis ini diduga
disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid yang
terdapat dalam kunyit yang juga terdapat pada temu
putih. Flavonoid tersebut merupakan suatu senyawa
yang bersifat estrogenik, karena mampu merangsang
pembentukan estrogen dalam tubuh (Cambie dan
Brewis, 1995 ; Robinson, 1995 dalam Sumapta 2005)
yang akan meningkatkan kadar estrogen. Peningkatan
0 5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Perlakuan
Motilitas (% )
a
b
c
d
1M0 M2 1 3M2 M43
Gambar 1. Diagram batang motilitas spermatozoa pada kauda epididimis
mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah
pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
selama 35 hari.
0
10
20
30
40
50
60
70
Perlakuan
Viabilitas ( % )
1 2 3 4
Hidup
Mati
M0 M1 M2 M3
Gambar 1. Diagram batang motilitas spermatozoa pada kauda epididimis
mencit (Mus musculus L.) kelompok kontrol dan perlakuan setelah
pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)
selama 35 hari.
23
KEPUSTAKAAN
Anonim. 2007. Mengenal Tumor dan Kanker.Available at: http://
www.Rebiozedo.htm Opened: 22.04.2007.
Ashok, P., B. Meenakshi. 2004. Contraceptive Effect Of Curcuma
longa (L.) in Male Albino Rat. Available at: http://www.
Asian J Androl.com Opened : 5.10.2007
Arsyad, K.M., L. Hayati. 1994. Penuntun Laboratorium Semen
Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Servik. Ed. 3.
Fakultas Kedokteran Sriwijya. p. 6-23.
Ermayanti, N.G.A.M., A.A.S.A. Sukmaningsih, D. Ariani.
2005. Pengaruh Infus Kayu Amargo (Quassia amara Linn)
Terhadap Testosteron Mencit (Mus musculus L.) dan Reversibilitasnya.
Jurnal Biologi IX ( 2 ) : 62-64.
Ganong, W.F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Handajani, N.S. 2003. Aktivitas Sitostatika Temu Putih (Curcuma
zedoaria (Berg.) Roscoe.) pada Sel-sel Spermatogenik Mencit
(Mus musculus L.). Jurnal BioSMART 5 (2 ) : 120-123.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Haryati. 2003. Biomembran Available at: http://www. USU digital
library.com Opened: 02.11.2007
Johnson, M., B. Everitt. 1988. Essential Reproduction. 3rd ed.
Blackwell Sci. Pub. Oxford London Edinburg. p. 50-200.
Murwati, R., E. Meiyanto. 2004. Efek Ekstrak Rimpang Temu
Putih Terhadap Pertumbuhan Tumor Paru Fase Post Inisiasi
pada Mencit Betina di Induksi Benzo(a)piren. Majalah
Farmasi Indonesia 15 (1) : 7-12.
Na. 2006. Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.).
Available at: http://www.fikui.or.id/?show=detailnews&kode=1
038&tbl=alternatif Opened:10.02.2007.
Nisa, L.S. 2004. Kontrasepsi Alami untuk Pria.
Available at: http://www.radarbanjarmasin.com/berita/index.
asp?berita=kesehatan&id Opened: 7.08.2006.
Nri. 2004. Temu Putih Anti Virus dan Pelega Perut.Available
at:http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.
asp?mid=2&id Opened: 24.02.2007.
Purwaningsih, E. 2003. Pengaruh Ekstrak Daun Kemuning
(Murraya paniculata, L) terhadap Kualitas Sperma Manusia
In Vitro. Jurnal Kedokteran Yarsi 11 (2): 77-84.
Robaire, B., L. Hermo. 1988. Efferent Ducts, Epididymis, and
Vas Deferens : Structure, Functions and Their Regulation.
In : The physiology of reproduction. Eds. E. Kuobil and J.
Neil. Raven Press, Ltd. New york. p. 1058-1059.
Stanier, M.W. dan M. Forsling.1990. Physiological Processes:
An Introduction to Mammalian Physiologi. Mc Graw-Hill
Book Company. England.
Suartha, I.N. 2005. Ekstrak Daun Jung Rahab (Baeckea frutescens
Linn.) Menghambat Spermatogenesis Mencit (Mus
musculus). Program Pascasarjana. Program Studi Ilmu
Kedokteran Reproduksi. Universitas Udayana. Tesis S-2.
Tidak dipublikasikan.
Sumapta, I.G.M. 2005. Ekstrak Biji Kelor (Moringa oliifera Lam.)
Menghambat Perilaku Kawin dan Spermatogenesis Pada
Mencit (Mus musculus). Program Pascasarjana. Program
Studi Ilmu Kedokteran Reproduksi. Universitas Udayana.
Tesis S-2. Tidak dipublikasikan.
Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih [Elfira Dzikri Ashfahani,dkk]

0 comments:

Post a Comment