Wednesday, December 16, 2015

Jurnal Biologi

34
KEKAYAAN SPESIES BURUNG DI WILAYAH DESA BUAHAN, KECAMATAN KINTAMANI,
KABUPATEN BANGLI DAN DI HUTAN HUJAN DATARAN TINGGI SEKITARNYA
BIRD SPECIES RICHNESS IN BUAHAN VILLAGE, KINTAMANI, BANGLI
AND IN SURROUNDING RAINFOREST
I Kadek Teguh Indra Dewawantara1, Ni Luh Watinia sih1, I Nengagah Nuyana2
1Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali.
2Bali Bird Park, Gianyar
Email: teguhindra38@yahoo.co.id
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekayaan spesies burung di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa buahan adalah desan dengan habitat permukiman penduduk dan habitat hutan hujan dataran tinggi. Penelitian dilakukan dari bulan November 2013 hingga Januari 2014. Pengamatan dilakukan pada dua periode waktu, pagi hari pukul 06.00-08.00 WITA dan sore hari pukul 15.00-17.00 WITA. Penelitian dilakukan dengan metode jelajah yaitu dengan mencatat 10 jenis burung teramati tanpa mencatat populasinya pada satu lokasi pada satuan waktu tertentu. Jalur pengamatan pada kedua habitat tersebut masing-masing berjarak ±2 km. Dua puluh delapan jenis burung ditemukan pada kedua habitat tersebut, dimana pada hutan hujan ditemukan dua kali lipat lebih banyak spesies burung (24 spesies) dibandingkan dengan pemukiman penduduk (12 spesies). Penelitian ini juga menemukan 3 spesies yang merupakan jenis burung migran dan 6 spesies burung yang dilindungi.
Kata kunci: kekayaan spesies, permukiman penduduk, hutan hujan dataran tinggi
ABSTRACT
This research aimed to investigate bird species richness in 2 habitats at Buahan Village, Kintamani Subdistrict, Distric of Bangli. Buahan Village is a settlement surrounded by highland rainforest. The study was conducted in November 2013 to January 2014. Observations were conducted in two period of times, in the morning from 06.00 – 08.00 and in the afternoon from 15.00 – 17.00 Indonesian Centered Standard Time by exploring the area for about 2km in distance. The result showed that the total of 28 species of bird was identified in both areas. The number of bird species observed in rainforest was twice (24 species) as many as in settlement (12 species). This research also found that 3 species were migratory birds and 6 species were under conservation status.
Keywords: species richness, settlement, highland rainforest
PENDAHULUAN
Pulau Bali tercatat memiliki 174 jenis burung, di antaranya terdapat 26 jenis yang dilindungi (Suranto, 1995). Selain itu, Pulau Bali memiliki beranekaragam jenis burung baik burung endemik Bali maupun non-endemik Bali, burung dilindungi oleh undang-undang maupun burung yang belum dilindungi oleh undang-undang. Jalak bali (Leucopsar rothschildi) dan kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea-parvula) merupakan contoh burung endemik Bali yang dilindungi oleh Undang-Undang.
Untuk tetap menjaga kelestarian burung-burung yang ada di Pulau Bali telah dilakukan beberapa upaya konservasi dengan mengubah status kawasan hutan di Pulau Bali, misalnya kawasan hutan di Bali Barat menjadi Taman Nasional, kawasan hutan di daerah Batukaru menjadi Cagar Alam dan beberapa hutan lainnya menjadi hutan Taman Wisata Alam. Di Pulau Bali terdapat tiga taman wisata alam yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam daerah Bali yang salah satunya adalah Taman Wisata Alam Penelokan. Taman Wisata Alam (TWA) Penelokan merupakan kawasan pelestarian alam sekaligus dimanfaatkan sebagai objek wisata alam yang secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dan terletak pada ketinggian ± 1500 m dari permukaan laut (DPL) dengan suhu berkisar antara 18-30° C. Kawasan TWA Penelokan termasuk ke dalam wilayah 5 Desa yaitu Batur Tengah, Abang Batudinding, Suter, Buahan dan Kedisan. Luas kawasan TWA Penelokan yaitu 574,27 Ha dengan tipe ekosistem berupa Hutan Hujan Dataran Tinggi, yang akibat letusan Gunung Batur kini masih tersisa berupa Hutan Sekunder (KSDA Bali, 2012). Buahan merupakan salah satu desa dari 48 desa di Kecamatan Kintamani ini terdiri atas empat dusun yaitu Dusun Binyan, Munduk Waru, Tabih dan Dusun Buahan, dengan batas wilayah sebelah utara adalah Danau Batur, sebelah timur Desa
JURNAL BIOLOGI 19 (1) : 34 - 38
ISSN : 1410-5292
35
Kekayaan Spesies Burung di Wilayah Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan di Hutan Hujan Dataran..... [I Kadek Teguh Indra Dewantara,dkk.]
Abang Batu Dinding, sebelah selatan Desa Pengotan dan
sebelah barat Desa Kedisan.
Desa Buahan memiliki luas wilayah keseluruhan
yaitu 707,60 Ha. Wilayah Desa Buahan sangat dekat
jaraknya dengan kawasan hutan Taman Wisata Alam
Penelokan menyebabkan banyak burung yang terlihat
terbang di sekitar permukiman penduduk. Penelitian
bertujuan untuk mendeskripsikan kekayaan jenis dan
status burung di wilayah Desa Buahan dan kawasan
hutan sekitarnya perlu dilakukan. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
keanekaragaman jenis burung serta statusnya yang ada di
wilayah Desa Buahan dan di hutan hujan dataran tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai pendukung wisata
berwawasan lingkungan (Ekowisata).
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di wilayah Desa Buahan,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan di hutan
hujan dataran tinggi sekitarnya yang termasuk kedalam
kawasan Taman Wisata Alam Penelokan. Pengamatan
dilakukan sebanyak 20 kali pengamatan, 12 kali (6 kali
pagi hari dan 6 kali sore hari) di habitat hutan hujan
hujan dataran tinggi dan 8 kali (4 kali pagi hari dan 4
kali sore hari) pada area permukiman penduduk, dari
Bulan November 2013 sampai dengan Bulan Januari
2014. Variabel bebas dari penelitian ini adalah habitat
burung yaitu wilayah permukiman penduduk, dimana
terdapat permukiman penduduk dan lahan pertanian
yang ditanami antara lain cabai, kol, tomat, bawang
serta tanaman pertanian lainnya dan hutan hujan
sekitarnya yang merupakan hutan hujan sekunder, dan
variabel tergantungnya adalah jenis-jenis burung yang
teramati selama penelitian. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode jelajah (MacKinnon
dkk., 2010) yaitu dengan mencatat 10 spesies burung
teramati pada satu lokasi pada satuan waktu tertentu.
Pengamatan jenis burung dilakukan dengan menjelajahi
track/jalur penelitian sepanjang ±2km, dimana pada
area permukiman penduduk penjelajahan dimulai dan
berakhir pada 08,39° Lintang Selatan dan 115,13° Bujur
Timur, sedangkan pada habitat hutan hujan dimulai
dari 08,17° Lintang Selatan dan 115,23° Bujur Timur.
Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan bantuan
alat Global Positioning System (GPS) merk Garmin 12
XL. Jenis-jenis burung yang terdapat di kedua habitat
tersebut diamati menggunakan binokuler merk Zenit
Super buatan Rusia dengan perbesaran 7x40. Semua
jenis burung yang teramati dicatat kedalam tabel, dimana
setiap lembar tabel hanya dibatasi untuk 10 jenis burung.
Sepuluh jenis burung yang teramati berikutnya dicatat
pada tabel berikutnya, hal ini dilakukan berurutan
sampai waktu pengamatan berakhir.
Data hasil pengamatan yang dicatat dalam daftar
10 spesies burung dikumpulkan dan diidentifikasi.
Identifikasi dilakukan mulai dari famili sampai spesies,
status keberadaannya, waktu dijumpai dan tipe habitat
yang ditempati dengan mengacu pada buku seri panduan
lapangan MacKinnon dkk. (2010).
HASIL
Sebanyak 28 jenis, yang termasuk ke dalam 23 famili
burung ditemukan di wilayah Desa Buahan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli dan di hutan hujan dataran
tinggi sekitarnya, dari 20 kali pengamatan yang telah
dilakukan dari bulan November 2013-Januari 2014. Dari
seluruh spesies tersebut, terdapat empat jenis burung
air yaitu blekok sawah (Ardeola speciosa), Mandar
Batu (Gallinula chloropus), Kareo padi (Amaurornis
pheonicurus) dan Trinil Pantai (Tringa hypoleucos),
sedangkan sisanya merupakan burung yang hidup di
darat. Burung yang hidup di darat ini, dua diantaranya
adalah burung pemangsa (raptor) yaitu elang brontok
(Spizaetus cirrhatus) dan sikep madu asia (Pernis
ptilorhynchus). Dari keseluruhan (28) spesies yang
ditemukan di kedua habitat, jumlah spesies burung yang
ditemukan pada habitat hutan hujan dua kali lipat lebih
tinggi (24 spesies) dibandingkan dengan jumlah spesies
yang ditemukan pada habitat permukiman penduduk
(12 spesies) (Tabel 1).
Burung yang sering ditemukan di pagi hari termasuk
ke dalam Famili Pycnonotidae yaitu spesies P. goiavier
dan P. aurigaster; C. esculenta termasuk famili Apopidae;
O. ruficeps dan P. familaris dari famili Silviidae serta
N. jugularis dari famili Nectariniidae. Famili burung
yang jarang ditemukan adalah G. varius dari famili
Phasianidae dan D. moluccensis dari famili Piccidae
(Gambar 2).
Gambar 2. Frekuensi ditemukannya famili burung pada habitat permukiman
penduduk dan hutan hujan pada waktu pagi hari.
Pada pengamatan yang dilakukan di sore hari, famili
yang paling sering dijumpai adalah Pycnonotidae,
dengan jenis sama seperti yang dijumpai di pagi hari
yaitu P. goiavier. Dua famili yang dijumpai di pagi hari
tidak tampak di sore hari, yaitu famili Muscicapidae
dengan spesiesnya R. javanica dan Phasianidae dengan
spesiesnya yaitu G. varius. Famili Columbidae dan
Hirunididae yang jarang ditemukan di pagi hari, lebih
sering tampak di sore hari (Gambar 3).
Spesies burung lebih banyak dijumpai pada waktu
pengamatan yang dilakukan pada pagi hari dibandingkan
dengan sore hari. Pada pagi hari ditemukan 153 kali
burung yang termasuk ke dalam 26 spesies, sedangkan
pada sore hari ditemukan 148 kali burung, termasuk
ke dalam 25 spesies. Burung yang sering dijumpai
pada waktu pengamatan pagi hari adalah P.goiavier,
C. esculenta dan N. jugularis, sedangkan spesies burung
yang jarang dijumpai adalah D. moluccensis, G. varius,
JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015
36
Tabel 1 Kekayaan spesies burung yang ditemukan di wilayah Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan
di hutan hujan sekitarnya (√ = ditemukan, - = tidak ditemukan).
No. Nama Spesies Famili
Hutan Hujan Permukiman
Pagi Hari Sore Hari Pagi Hari Sore Hari
1 Spizaetus cirrhatus Accipitridae √ − √ √
2 Pernis ptilorhynchus √ − − −
3 Todirhampus chloris Alcedinidae √ √ √ √
4 Collocalia esculenta Apopidae √ √ √ √
5 Ardeola speciosa Ardeidae − − √ √
6 Streptolia chinensis Columbidae √ √ √ √
7 Ducula lacernulata √ √ − −
8 Aegithina tiphia Chloropseidae √ √ − −
9 Dicrurus macrocercus Dicruridae √ √ − −
10 Hirundo tahitica Hirundinidae − √ √ √
11 Lanius schach Laniidae √ √ − −
12 Lichmera limbata Meliphagidae √ √ − −
13 Rhipidura javanica Muscicapidae √ − − −
14 Nectarinia jugularis Nectariniidae √ √ √ √
15 Oriol chinensis Oriolidae √ √ − −
16 Gallus varius Phasianidae √ − − −
17 Dendrocopos moluccensis Piccidae √ √ − −
18 Passer montanus Ploceidae − − √ √
19 Pycnonotus aurigaster Pynonotidae √ √ − −
20 Pycnonotus goiavier √ √ √ √
21 Amaurornis pheonicurus Rallidae − √ − −
22 Gallinula chloropus − − √ √
23 Tringa hypoleucos Scolopacidae − − √ √
24 Orthotomus ruficep Silviidae √ √ √ √
25 Prinia familaris √ √ − −
26 Aplonis minor Sturnidae √ √ − −
27 Chopsychus saularis Turdidae − √ − −
28 Zosterop palpebrosus Zosteropidae √ √ − −
Total Spesies 24 12
Gambar 3. Frekuensi ditemukannya famili burung pada habitat permukiman
penduduk dan hutan hujan pada waktu sore hari.
Gambar 4. Frekuensi ditemukannya spesies burung pada habitat permukiman
penduduk dan hutan hujan pada waktu pagi hari.
dan P. ptilorhynchus, hanya dijumpai sekali selama
pengamatan (Gambar 4).
Burung P. goiavier dan C. esculenta yang sering
ditemukan di pagi hari, juga sering teramati di sore
hari bersama dengan burung S. chinensis, sedangkan
jenis burung yang jarang ditemui di sore hari adalah S.
cirrhatus, D. Moluccensis, dan A. pheonicrurus masingmasing
dijumpai hanya sekali (Gambar 5).
Selama 20 kali pengamatan di wilayah Desa Buahan,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan di hutan
hujan dataran tinggi sekitarnya ditemukan 28 spesies
burung, yang mana 6 spesies burung yang teramati
37
Kekayaan Spesies Burung di Wilayah Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan di Hutan Hujan Dataran..... [I Kadek Teguh Indra Dewantara,dkk.]
biji-bijian, pemakan madu atau nektar serta burungburung
yang sudah beradaptasi dan biasa berdekatann
dengan manusia. Keanekaragaman burung pada suatu
habitat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar,
seperti makhluk lain yang hidup berdampingan,
ketersediaan sumber pakan, keberadaan pemangsa,
ketersediaan tempat tinggal yang aman dan nyaman
untuk berkembang biak (Swastikaningrum dkk., 2012)
dan struktur vegetasi yang terdapat pada habitat tersebut
(Alikodra, 1990).
Dari total 28 spesies burung yang ditemukan di
wilayah Desa Buahan dan hutan hujan sekitarnya,
termasuk ke dalam 23 famili. Burung tersebut lebih
banyak ditemukan di pagi hari oleh karena mereka
lebih aktif mencari makan pada waktu tersebut, seperti
misalnya burung pengisap madu yang mencari makan
saat bunga sedang mekar di pagi hari. Rusmendro (2009)
dan Putra (2013) mengatakan bahwa burung diurnal
memulai aktivitasnya pada pagi hari, terutama aktivitas
mencari makan, sedangkan pada sore hari burung sering
ditemukan beristirahat atau diam bertengger.
Frekuensi famili burung tertinggi yang ditemukan di
pagi hari dan sore hari adalah Famili Pycnonotidae. Hal
ini dapat disebabkan karena di wilayah Desa Buahan,
baik pada habitat hutan hujan maupun permukiman
penduduk tersedia sumber pakan yang cukup, terutama
serangga, biji-bijian, buah-buahan dan invertebrata kecil
lainnya, serta tumbuhnya pepohonan yang rindang
seperti pohon kaliandra sebagai tempat untuk berteduh
dan berlindung dari serangan predator maupun dari
cuaca yang kurang baik. Menurut Ginantra dkk. (2009)
tumbuh-tumbuhan selain sebagai tempat bernaung dan
sebagai sumber pakan langsung, juga menyediakan pakan
lain berupa ulat, semut, belalang, jangkrik dan juga reptil
kecil antara lain, cicak, tokek, dan kadal.
Burung yang termasuk ke dalam famili Phasianidae
jarang ditemukan. Pada saat pengamatan dilakukan,
spesies dari famili ini yaitu Gallus varius (ayam hutan)
hanya dijumpai satu kali pada habitat hutan hujan,
sedangkan pada habitat permukiman penduduk sama
sekali tidak dijumpai. Rendahnya tingkat pertemuan
dengan famili Phasianidae yang aktivitasnya lebih banyak
di permukaan tanah tersebut mungkin disebabkan karena
suara berisik yang ditimbulkan pada saat melakukan
pengamatan sehingga burung menjadi takut untuk ke
keluar dari tempatnya persembunyiannya (Mackinnon
dkk., 2010). Spesies burung merbah cerukcuk (P.
goiavier), walet sapi (C. esculenta), burung madu
sriganti (N. jugularis) lebih sering ditemukan di pagi
hari (>10 kali pengamatan). Ketiga spesies burung ini
sering dijumpai dekat/pada permukiman dan terlihat
tidak terganggu dengan adanya aktivitas manusia. Hal
tersebut menunjukan bahwa burung tersebut sudah
beradaptasi pada habitat yang juga menjadi tempat
tinggal penduduk (Utari, 2000).
Tercatat 3 spesies burung migran pada kedua habitat
tersebut yaitu P. ptilorhyncus, S. cirhatus dan T.
hypoleucos. Kecilnya jumlah burung yang bermigrasi
yang teramati menandakan bahwa wilayah Kintamani
khususnya Desa Buahan tidak banyak dilalui oleh yang
termasuk kedalam burung yang dilindungi yaitu N.
jugularis, T. chloris, S. cirrhatus, L. limbata, R. javanica,
P. ptilorhyncus dan 3 spesies merupakan burung migran
yaitu T. hypoleucos, S. cirrhatus, dan P. ptilorhyncus
(Tabel 1).
Tabel 4. Status dan keberadaan spesies burung pada habitat hutan hujan
dataran tinggi
No. Nama Spesies
Status Burung
Berdasarkan PP. RI.
No. 7 Th. 1999
Migran/Tidak
1 N. jugularis L -
2 T. chloris L -
3 T. hypoluecos TL Migran
4 S. cirrhatus L Migran
5 L. limbata L -
6 R. javanica L -
7 P. ptilorhyncus L Migran
Keterangan :
L = dilindungi. TL = tidak dilindungi. − : non migran
PEMBAHASAN
Pada kedua tipe habitat yang diamati tersebut, secara
keseluruhan ditemukan 28 jenis burung, burung-burung
yang dijumpai di wilayah permukiman Desa Buahan
dan hutan hujan sekitarnya merupakan burung-burung
yang umum ditemukan di wilayah Sunda Besar, seperti
burung merbah cerukcuk (P. goiavier), cucak kutilang
(P. aurigaster), walet sapi (C. esculenta), tekukur biasa
(S. chinensis), kepodang kuduk hitam (O. chinensis),
burung madu sriganti (N. jugularis), kipasan belang (R.
javanica), dan kacamata biasa (Z. palpebrosus) yang
juga ditemukan di wilayah Nusa Lembongan, Kecamatan
Klungkung (Dalem, 2001).
Habitat hutan hujan memiliki vegetasi yang dominan
ditumbuhi oleh tumbuhan dataran tinggi seperti pinus
(Pinus mercusii), mahoni (Sweitenia macrophylla),
ampupu (Eucalyptus urophylla), kaliandra (C.
emarginata) dan tumbuhan dataran tinggi lainnya.
Berbeda dengan habitat hutan hujan, tumbuhan
yang ada pada permukiman penduduk yang mana
penduduknya sebagian besar sebagai petani, lebih
banyak ditemukan tanaman sayuran seperti kubis,
tomat, bawang, cabai dan tanaman pertanian lainnya.
Fenomena ini dapat berpengaruh dengan rendahnya
diversitas burung yang dapat hidup pada habitat tersebut.
Burung-burung tersebut merupakan burung pemakan
Gambar 5. Frekuensi ditemukannya spesies burung pada habitat permukiman
penduduk dan hutan hujan pada waktu sore hari.
JURNAL BIOLOGI Volume 19 No.1 JUNI 2015
38
burung bermigrasi pada saat penelitian dilakukan yaitu
bulan November – Januari, walaupun pada bulan
tersebut termasuk bulan migrasi bagi burung migratory
(Mulyawati, 2007). Hal yang sama juga ditemukan di
kawasan pariwisata Nusa Dua, yang mana dari 83 spesies
burung yang teramati, 87% merupakan burung nonmigrasi
(Dalem, 2003). Satu daerah yang sering dilewati
oleh burung migranadalah derah Pegunungan Seraya,
Kabupaten Karangasem, yang terutama dilalui oleh
burung pemangsa dan merupakan wilayah bottleneck
penting perlintasan burung pemangsa (Mulyawati, 2007).
Enam spesies burung yang ditemukan termasuk
spesies yang dilindungi dengan Peraturan Pemerintah
RI No. 7 Th. 1999 yaitu S. cirrhatus, P. ptilorhynchus,
L. limbata, N. jugularis, R. javanica, dan T. chloris.
Masih ditemukannya burung-burung dengan status
dilindungi di wilayah Desa Buhan, menunjukkan bahwa
desa buahan dan kawasan hutan sekitarnya sampai saat
ini masih terjaga dengan baik. Kesadaran masyarakat
terhadap lingkungannya serta peranan pemerintah baik
lokal maupun daerah (Bali) dapat membantu pelestarian
burung-burung yang ada, mengingat kawasan hutan dan
wilayah Desa Buahan termasuk ke dalam kawasan Taman
Wisata Alam yang yang dilindungi (Suaskara dkk., 2010).
SIMPULAN
Pada penelitian ini yang dilakukan di Desa Buahan,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ditemukan 28
spesies burung pada kedua habitat (hutan hujan dan
permukiman penduduk) yang dijelajah. Jumlah spesies
burung yang ditemukan di hutan hujan dua kali lipat
lebih banyak (24 spesies) dibandingkan dengan di
permukiman penduduk (12 spesies). Dari seluruh spesies
yang ditemukan, 3 spesies merupakan spesies burung
migran dan 6 spesies merupakan burung yang dilindungi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada seluruh kepada Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Bali dan Kepala Desa
Buahan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang
telah memberikan izin melakukan penelitian di kawasan
hutan Taman Wisata Alam Penelokan dan di wilayah
Desa Buahan.
KEPUSTAKAAN
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Jilid I.
IPB.Bogor.
Dalem, A. A. G. R. 2001. “Potensi Ekowisata, Khususnya ‘Bird
Watching’ di Nusa Lembongan (Kabupaten Klungkung,
Bali)”. Jurusan Biologi. FMIPA. Universita Udayana : 7 Hlm.
Dalem, A. A. G. R., I. K. Muksin, S. K. Sudirga dan I. B. M. Suaskara.
2003. Burung Sebagai Atraksi Ekowisata di Kawasan
Pariwisata Nusa Dua, Bali. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi
Lestari : 3(2) : 12-23.
Ginantra, I. K., A. A. G. R. Dalem, S. K. Sudirga dan I. G. N. B.
Wirayudha. 2009. Jenis-Jenis Tumbuhan Sebagai Sumber
Pakan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi S.) di Desa Ped,
Nusa Penida, Klungkung, Bali. Jurnal Lingkungan Hidup
Bumi Lestari. 9(1). 23 Hlm.
KSDA Bali. 2012. TWA Penelokan.[Online] Available http ://www.
ksda-bali.go.id. [24 September 2013].
MacKinnon, J., K. Phillips dan B. V. Balen. 2010. Burung-burung
di Sumatera,Jawa, Bali dan Kalimantan (Termasuk Sabah,
Serawak dan Brunei Darussalam). Penterjemah :
Rahardjaningtrah, W., A. Adikerana, P. Martodiharjo, E.
K. Supardiyono dan B. V.Balen. Burung Indonesia. Bogor.
Mulyawati, D. 2007. Musim Kembara Sang Pemangsa. Majalah
Burung No. 3 Edisi Januari 2007. Burung Indonesia. Bogor.
Hal 3 – 4.
Peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1999. [Online] Available
at : http://www.ksda-bali.go.id/pp-no7-tahun-1999-pengawetan-
jenis.pdf. [9 November 2014].
Putra, I. K. A. 2013. Perilaku Harian Burung Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) Periode Breeding pada Relung yang Berbeda di
Bali Bird Park, Gianyar, Bali. Fakultas MIPA. Jurusan Biologi.
Universitas Udayana. (Skripsi). Tidak dipublikasikan.
Rusmendro, H. 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung
pada Pagi dan Sore Hari di Empat Tipe Habitat di Wilayah
Pangandaran, Jawa Barat. Fak. Biologi. Univ. Nasional
Jakarta. 2(1) : 1-9.
Suaskara, I. B. M., I. K. Ginantra dan I. K. Muksin. 2010. Keberadaan
Jenis-Jenis Burung di Kawasan Padang Pecatu
Kabupaten Badung. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi Lestari.
10 (1) : 69-74.
Suranto, M. T. 1995. Indonesia Bagian Timur Penting Untuk
Konservasi. Buletin Forum Kader Konservasi Indonesia
(PKBSI) Tingkat Jawa Barat. Suaka. Media Triwulan No.
3. Th 1993. Hal 4 dan 10.
Swastikaningrum, H., B. Irawan, dan S. Hariyanto. 2012. Keanekaragaman
Jenis Burung pada Berbagai Tipe Pemanfaatan
Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan
Surabaya-Gresik. Fak. Sains dan Teknologi. Univ. Airlangga
: 13 Hlm.
Utari, W. D. 2000. Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa
Tipe Habitat di Areal Hutan Tanaman Industri PT Riau
Andalan Pulp dan Paper dan Perkebunan Kelapa Sawit PT
Duta Palma Nusantara Group Propinsi Dati I Riau. IPB.
Bogor : 6 Hlm.

0 comments:

Post a Comment