Wednesday, December 16, 2015

JURNAL BIOLOGI

45
EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES
DI KAWASAN BUKIT JIMBARAN BALI
EXPLORATION AND IDENTIFICATION SPECIES OF BASIDIOMYCETES
IN AREAS OF BUKIT JIMBARAN BALI
M
eitini W. Proborini
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
Email: pmeitini@yahoo.com
INTISARI
Ekplorasi jamur-jamur klas Basidiomycetes menggunakan metode jelajah selama musim penghujan telah dilakukan di kawasan Bukit Jimbaran selama enam bulan (Desember 2005 - Mei 2006). Hasil penelitian telah ditemukan sebanyak 30 spesimen jamur-jamur makroskopis. Hasil identifikasi dan karakterisasi diperoleh 18 spesies dan dua isolat spesimen yang termasuk klas Basidiomycetes dan 10 spesimen merupakan Ascomycetes. Jamur-jamur yang ditemukan banyak terdapat pada tanah serasah dan pohon-pohon atau kayu-kayu yang telah lapuk.
Kata kunci: Eksplorasi, Karakterisasi, Jamur, Basidiomycetes, Bukit Jimbaran Bali
ABSTRACT
Exploration and identification of the Basidiomycetes species were conducted for six months during the rainy season (December 2005 – Mei 2006) around Bukit Jimbaran Campus. Thirty specimens of fungi were found in this area. Based on their morphological characteristics, 20 specimens belong to Basidiomycetes (2 of them have not yet been indentified up to genus or species level) and 10 specimen belong to Ascomycetes. These fungi were generally found on decomposed leaves, trunk, trees, as well as on decayed wood.
Keywords: Exploration, Identification, Fungi, Basidiomycetes, Bukit Jimbaran Bali
PENDAHULUAN
Jamur makrokopis sering tumbuh di tanah hutan karena terdapat humus yang berlimpah, namun tidak jarang jamur makro dapat tumbuh di padang rumput, di bukit pasir, di tanah, atau pada kotoran hewan (Reid, 1980; Pacioni, 1981).
Legon (1999) mengidentifikasi jenis-jenis jamur Kelas Basidiomycetes di Hutan Sabana Nasional Caribbean dengan menggunakan metode jelajah dan menemukan jamur-jamur genus Collybia, Marasmius, Filoboletus, Crepidotus, Lepiota, Mycena dan Auricularia. Selanjutnya di Asia Tenggara, penelitian serupa dengan menggunakan metode jelajah dan metode transek, diperoleh hasil bahwa jenis-jenis jamur makro Kelas Basidiomycetes yang ditemukan pada vegetasi palm adalah jamur makro yang bersifat saprobik dan parasit (tumbuh pada batang pohon hidup) (Treu, 1998; Karst, 2004).
Data-data yang tersimpan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, jenis jamur, khususnya tentang jamur-jamur makroskopik klas Basidiomycetes belum pernah dilakukan secara intensif. Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan inventarisasi jenis-jenis jamur makroskopis yang mampu tumbuh di daerah Bukit Jimbaran Bali.
MATERI DAN METODE
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode jelajah yang dilakukan di Kawasan Kampus Bukit Jimbaran. Untuk koleksi spesimen masing-masing jamur dengan menggunakan dissecting set. Masing-masing spesimen dibungkus dengan kertas minyak dimasukkan ke dalam amplop coklat. Spesimen (yang dipakai untuk herbarium basah) dimasukkan ke dalam botol atau stoples kaca menggunakan alkohol 70% (Watling, 1973 dan Reid, 1980) dan diberi keterangan Ordo atau Familia yang disesuaikan dengan buku panduan lapangan Reid (1980) dan Pacioni (1981). Sebelum spesimen diambil, dilakukan pemotretan dengan menggunakan kamera digital merk Canon IXUS 105 12,1 Mega Pixel, serta dicatat deskripsi morfologi jamur, habitat/ tempat hidupnya dan tanggal penemuan.
Identifikasi jamur dilakukan dengan pengamatan morfologi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan menggunakan lup (Reid, 1980 dan Watling, 1973) dan buku panduan lapangan Reid (1980) dan Pacioni (1981) serta didukung hasil foto di lapangan yang sudah didokumentasikan. Parameter pengamatan meliputi ciri-ciri makroskopis (bentuk, warna dan tekstur tubuh buah, kehadiran cincin dan volva, serta bentuk akrophora). Pengamatan mikroskopis dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNUD dengan menggunakan
JURNAL BIOLOGI XVI (2) : 45 - 47
ISSN : 1410 5292
JURNAL BIOLOGI Volume XVI No.2 DESEMBER 2012
46
mikroskop cahaya, khusus untuk mengukur spora digunakan
mikrometri merek Nikon dan pelarut PVLG.
Parameter mikroskopik yaitu bentuk, warna dan ukuran
spora dengan menggunakan buku acuan dari Watling
(1973).
HASIL
Selama enam bulan penelitian (Desember 2005 -
Mei 2006), diperoleh 30 spesimen. Dari 30 sampel
yang ditemukan 10 sampel termasuk kedalam klas
Ascomycetes. Kesepuluh sampel tersebut tidak
diidentifikasi sampai pada tingkat genera karena fokus
dalam penelitian ini adalah spesies-spesies dari klas
Basidiomycetes. Dalam penelitian ini diperoleh sebanyak
20 spesimen termasuk ke dalam klas Basidiomycetes
(Tabel 1). Diantara kelompok ini, dua spesimen belum
dapat diidentifikasi sampai tingkat genera atau spesies
tetapi baru pada tingkat ordo dan familia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jenis-jenis
jamur yang ditemukan termasuk ke dalam tiga ordo
yaitu Ordo Aphyllophorales, Ordo Tremellales dan Ordo
Agaricales dan enam Familia (Agaricaceae, Coprinaceae,
Hygrophoraceae, Pluteaceae, Strophariaceae dan
Tricholomataceae). Jamur-jamur yang terdapat di Bukit
Jimbaran sebagian besar ditemukan hidup pada tanahtanah
yang mengandung serasah, dahan-dahan pohon
besar yang telah lapuk dan sebagian terdapat pada
pohon yang masih hidup (misalnya Auricularia spp) atau
rumput-rumputan yang terdapat pada beberapa wilayah
di bukit selama musim penghujan saja, dan rumputrumputan
akan segera mengering jika musim kemarau.
PEMBAHASAN
Hasil inventarisasi jamur-jamur yang diperoleh,
habitat jamur-jamur tersebut paling banyak pada
batang pohon lapuk dan tanah serasah. Hal ini serupa
dengan yang dilaporkan oleh Reid (1980), Pacioni
(1981) dan Suhardiman (1990), yang menyatakan bahwa
jamur-jamur termasuk jamur makroskopis anggota
Basidiomycets dan Ascomycetes akan tumbuh subur pada
tempat-tempat yang mengandung sumber karbohidrat,
selulosa dan lignin yang terdapat pada timbunan sampah
atau serasah dari daun-daun yang telah gugur atau kayukayu
yang sudah lapuk. Pada penelitian ini, Hygrophorus
spp merupakan satu-satunya jamur yang ditemukan
tumbuh pada tanah berumput. Menurut Pacioni (1981),
Hygrophorus spp umumnya ditemukan pada kawasan
yang berumput dengan membentuk seperti lingkaran
cincin yang makin meluas lingkaran tersebut seiring
dengan adanya gravitasi bumi.
Alexopoulus dan Charles (1989) dan Pacioni (1981)
menyatakan bahwa pertumbuhan badan buah dan
penyebaran jamur-jamur dari klas Basidiomycetes sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain faktor
suhu, kelembaban, ketinggian tempat dan curah hujan.
Spora-spora jamur dapat terdistribusi dengan optimal
melalui udara maupun substratnya walaupun setiap jenis
jamur mempunyai kisaran suhu tertentu untuk hidupnya.
Pada tanah-tanah yang lembab, benang-benang hifa
mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
Faktor kelembaban juga sangat mempengaruhi
kemampuan jamur-jamur kelompok Basidiomycetes
untuk dapat tumbuh membentuk badan buah. Menurut
Suhardiman (1990), kelembaban relatif antara 80-90%
dan kisaran temperatur 18-280C adalah paling sesuai
bagi pertumbuhan jamur.
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban selama
penelitian di kawasan ini adalah berkisar 60-68%
untuk kelembaban dan suhu berkisar antara 24-29o
C. Keadaan suhu yang cukup dingin dan kelembaban
yang relatif tinggi di kawasan Bukit Jimbaran karena
penelitian dilaksanakan pada saat musim penghujan
sehingga pertumbuhan jamur-jamur Basidiomycetes
cukup beragam terdistribusi di kawasan Bukit Jimbaran.
Tabel 1 Ciri-ciri Morfologi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes di Kawasan Kampus Bukit Jimbaran Bali
No Species Morfologi
spora Warna spora Diameter
Spora (mm) Warna tubuh buah Tekstur tubuh buah Bentuk akropora
1 Elips Putih 4-5 Orange halus Payung dan ber lamela
2 L. cristata Bulat Putih 2-3 Putih halus Payung dan ber lamela
3 Coprinus atramentarius Elips Abu tua-Hitam 4-5 Putih keabuan Terdapat tinta hitam Payung dan ber lamela
4 C. comatus Elips Hitam 5-6 Putih keabuan Tedapat kutil hitam Payung dan ber lamela
5 C. disseminates Elips Hitam 4-6 Putih keku ningan Terdapat tinta hitam Payung dan ber lamela
6 C. plicatilis Elips Hitam 4,5-6 Putih keabuan Terdapat tinta hitam Payung dan ber lamela
9 Pluteus cervinus Elips Coklat 4-6 Coklat halus Payung dan ber lamela
10 Volvariella speciosa Bulat Merah muda 4-5.5 Putih Halus bervolva Payung dan ber lamela
11 Pholiota squarrosa Bulat Krem tua-Coklat 3,5-5 Coklat Berbintil/kutil Payung dan ber lamela
12 Collybia fusipes Elpis Krem 3-4,5 Coklat Halus Payung dan ber lamela
13 Spesies Y Elips Coklat 3.5-6 Coklat tua Berkayu Keras dan Berpori
14 Spesies Z Koma Coklat 3-4.5 Hitam, ungu Lunak dan berambut Keras dan Berpori
15 Ganoderma aplanatum Koma Coklat 6.5-9 Coklat kehitaman Seperti papan,Tebal,
berzonasi
Keras dan Berpori
16 G. lucidum Koma Coklat – merah tua 4,5-5.5 Coklat tua- kemerahmerahan
Seperti papan,sessil,
berzonasi
Keras dan Berpori
17 Fomes fomentarius Bulat Putih 5-6.5 Putih Braket,licin,berzonasi Keras dan Berpori
18 Fomitopsis pinicola Elips Krem 4-5.5 Putih, bag. tepi hitam Braket,licin,berzonasi Keras dan Berpori
19 Stereum hirsutum Elips Putih 3-4 Kuning Sessil,licin Keras dan Berpori
20 S. rugosum Elips Putih 3-4 Krem Sessil,licin Keras dan Berpori
47
Eksplorasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Jamur Klas Basidiomycetesdi Kawasan Bukit Jimbaran Bali [Meitini W. Proborini]
Faktor-faktor tersebut sangat memungkinkan untuk
pertumbuhan jamur-jamur di alam karena temperatur
dan kelembaban merupakan salah satu syarat penunjang
bagi pertumbuhan jamur. Menurut Dix dan John (1995)
dan Alexopoulus et al. (1996), suhu rendah, kelembaban
yang cukup tinggi dan nutrisi merupakan salah satu
syarat utama bagi pertumbuhan jamur.
Hasil pengamatan pada 20 sampel yang diperoleh,
habitat jamur-jamur tersebut paling banyak pada batang
pohon lapuk dan tanah serasah. Menurut Reid (1980),
Pacioni (1981) dan Suhardiman (1990), jamur akan
tumbuh subur pada tempat-tempat yang mengandung
sumber karbohidrat, misalnya dalam bentuk selulosa,
yang terdapat pada timbunan sampah atau serasah
dari daun-daun yang telah gugur atau kayu-kayu yang
sudah lapuk. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa
jenis yang didapat didominasi dari Ordo Aphyllophorales.
Jamur-jamur dari Ordo Aphyllophorales khususnya jenis
jamur yang basidiokarpnya keras dan berbentuk papan
mempunyai ketahanan hidup selama musim kemarau
hingga musim penghujan (Dix dan John, 1995; Ingold
dan Hudson, 1993; Kuo Michel, 2005). Jamur-jamur
dari Ordo Aphyllophorales yang ditemukan sebagian
besar bersifat parasit, yaitu tumbuh pada batang pohon,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pohon
atau pohon menjadi mati (Dix dan John, 1995; Maanen
et al., 2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Ordo
Agaricales, hanya 6 Familia yang ditemukan yaitu
Agaricaceae, Coprinaceae, Hygrophoraceae, Pluteaceae,
Strophariaceae, dan Tricholomataceae. Keberadaan
jenis-jenis jamur tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah musim dan keberadaan spora
jamur. Spora-spora jamur yang dorman pada musim
kemarau akan segera germinasi dan tumbuh membentuk
badan buah. Pertumbuhan jamur-jamur yang mampu
menghasilkan badan buah (jamur makro) yang paling
baik adalah pada musim dingin atau penghujan (Pacioni,
1981). Pada musim penghujan, kelembaban udara
dan kelembaban substrat lebih tinggi dibandingkan
pada musim kemarau. Hal tersebut mempengaruhi
pertumbuhan spora jamur.
SIMPULAN
Ditemukan sebanyak 20 spesimen jamur Kelas
Basidiomycetes, 18 spesimen teridentifikasi sampai
tingkat spesies, dua spesimen belum teridentifikasi
sampai tingkat genera/spesies. Habitat jamur-jamur
tersebut paling banyak ditemukan pada tanah serasah
dan pohon/batang lapuk.
KEPUSTAKAAN
Alexopoulus, C.J., C. W. Mims, M. Blackwell. 1996. Introductory
Mycology. Fourth Edition. John Willey & Sons, Inc. New York.
Barbour, G.M , J. H. Burk, W. D. Pitts. 1987. Terresterial Plant Ecology.
Second Edition. The Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc. California.
Dix, N. J., John Webster. 1995. Fungal Ecology. Chapman & Hall.
London.
Grants, Small Research. 2000. Jamur Makroskopis (Cendawan)
di TNKS. Kehati.
Kuo, Michael. 2005. Clavariadelphus spp. Available at: http://www.
botit.botany.wisc.edu/images/Clavariaceae.html.
Kuo, Michael. 2005. Coprinus atramentarius. Available at: http://
www.botit.botany.wisc.edu/images/Coprinaceae.html.
Kuo, Michael. 2005. Coprinus plicatilis. Available at: http://www.
botit.botany.wisc.edu/images/Coprinaceae.html.
Karst, P. 2004. Polyporus badius. Available at: http://www.
mykoweb.com/CAF/skey.html
Karst, P. 2004. Polyporus varius. Available at: http://www.mushroomexpert.
com
Ingold, C.T., H. J. Hudson. 1993. The Biology of Fungi. Sixth Edition.
Chapman & Hall. London.
Landecker, E.M. 1996. Fundamentals of the Fungi. Fourth Edition.
Pretice Hall International, Inc. London.
Legon, N.W. 1999. A Mycological Expedition to Puerto Rico. The
International Journal of General Mycology. Vol. 13, Part. 2,
May 1999. Hlm. 58-64. Cambridge Univ. Press. Danvers.
Maanen, Van, D. Debouzie, F. Gourbiere. 2000. Distribution of
Three Fungi Colonizing Fallen Pinus Sylvestris Needles along
Altitudinal Transects. The International Journal of General
Mycology. Vol. 9 September 2000. Hlm. 1133 – 1138. Cambridge
Univ. Press. Danvers.
Pacioni, G. 1981. Guide To Mushrooms. Ed. Gary H. Lincoff. Simon
& Schuster’s, Inc. New York.
Reid, D. 1980. Mushrooms and Toadstools. Kingfisher Guides.
London.
Suhardiman, P. 1990. Jamur Kayu. Cetakan III. PS. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Treu, Roland. 1998. Macrofungi in Oil Palm Plantation of South
East Asia. The International Journal of General Mycology.
Vol. 12, Part 1, Februari 1998. Hlm. 10-13. Cambridge Univ.
Press. Danvers.
Watling, R. 1973. Identification of the Larger Fungi. Hulton Educational
Publications Ltd. Amersha.

0 comments:

Post a Comment